Saturday, December 18, 2010

Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anh

Saudagar Yang Berniaga Dengan Allah

Saidina Abdurrahman bin ‘Auf ra termasuk dalam kelompok delapan orang yang mula-mula memeluk Islam; termasuk dalam kelompok sepuluh yang diberi khabar gembira oleh Rasulullah SAW masuk syurga; termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah (sebagai formatur) dalam pemilihan khalifah sesudah ‘Umar bin Khattab al-Faruq; dan seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selagi beliau masih hidup di tengah-tengah masyarakat kaum muslimin.

Namanya pada masa jahiliyah ialah ‘Abd ‘Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman. Itulah beliau Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu. Abdurrahman bin ‘Auf masuk Islam sebelum Rasulullah masuk ke rumah Al-Arqam, yaitu dua hari sesudah Abu Bakar Shiddiq masuk Islam.

Sama halnya dengan kelompok kaum muslimin yang pertama-tama masuk Islam, Abdurrahman pun tidak luput dari penyiksaan dan tekanan kaum kafir Quraisy. Tetapi beliau sabar dan tetap sabar. Pendiriannya teguh dan senantiasa teguh. Beliau menghindar dari kekejaman kaum kafir Quraisy, tetapi selalu setia dan patuh membenarkan risalah Muhammad SAW. Kemudian beliau turut berhijrah ke Habsyah bersama-sama kawan se-iman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan kaum kafir Quraisy yang senantiasa menzalimi mereka.

Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat beliau diizinkan Allah berhijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor orang-orang yang berhijrah karena dan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam perantauan, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar. Maka Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan beliau dengan Sa’ad ibnu Rabi’ al Anshari ra.

Pada suatu hari Sa’ad berkata kepada saudaranya, �Wahai saudaraku Abdurrahman! Aku termasuk orang kaya di antara penduduk Madinah. Hartaku banyak. Saya mempunyai dua bidang kebun yang luas dan dua orang pembantu. Pilihlah olehmu salah satu di antara kedua kebunku itu, ku berikan kepadamu mana yang kamu sukai. Begitu pula salah seorang di antara kedua orang pembantuku, akan ku serahkan mana yang kamu senangi, kemudian aku kawinkan engkau dengan beliau.�

Jawab Abdurrahman bin ‘Auf, �Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada saudara, kepada keluarga saudara, dan kepada harta saudara. Saya hanya akan minta tolong kepada saudara untuk menunjukkan di mana letaknya pasar Madinah ini.�

Sa’ad menunjukkan pasar tempat berjual beli kepada Abdurrahman. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum berapa lama beliau berdagang, terkumpullah wang sekadar cukup untuk mahar kahwin. Beliau datang kepada Rasulullah memakai harum-haruman. Beliau menyambut kedatangan Abdurrahman seraya berkata,

�Wah. Alangkah wanginya kamu, hai Abdurrahman.�

Kata Abdurrahman, �Saya hendak bernikah, ya Rasulullah.�

Tanya Rasulullah, �Apakah mahar yang kamu berikan kepada istrimu?�

Jawab Abdurrahman, �Emas seberat biji kurma.�

Sabda Rasulullah, �Adakan kenduri, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahan dan harta kamu.�

Kata Abdurrahman, �Sejak itu dunia datang menghadap kepadaku (hidupku makmur dan bahagia). Hingga seandainya aku angkat sebuah batu, maka di bawahnya kudapati emas dan perak.�

Dalam Perang Badar Abdurrahman turut berjihad fisabilillah, dan beliau berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, antaranya ialah ‘Umair bin Uthman bin Ka’ab at-Taimy. Dalam perang Uhud beliau tetap teguh bertahan di samping Rasulullah, ketika tentara muslimin banyak yang meninggalkan barisan hadapan. Ketika selesai perang, dan kaum muslimin keluar sebagai pemenang, Abdurrahman mendapat hadiah sembilan luka parah menganga di tubuhnya, dan dua puluh luka-luka kecil. Walaupun luka kecil, namun di antaranya ada yang sedalam anak jari. Sungguh pun begitu, perjuangan dan pengorbanan Abdurrahman di medan tempur jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan perjuangan dan pengorbanannya dengan harta benda.

Pada suatu hari Rasulullah SAW berpidato membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan kaum muslimin. Beliau berdiri di tengah-tengah para sahabat. Kata beliau antara lain, �Bershadaqahlah tuan-tuan! Saya hendak mengirim suatu pasukan ke medan perang.�

Mendengar ucapan Rasulullah tersebut, Abdurrahman bergegas pulang ke rumahnya dan cepat kembali ke hadapan Rasulullah di tengah-tengah kaum muslimin. Katanya, �Ya, Rasulullah! Saya mempunyai wang empat ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah, dan dua ribu saya tinggalkan untuk keluarga saya.� Lalu wang yang dibawanya dari rumah diserahkannya kepada Rasulullah dua ribu.

Sabda Rasulullah, �Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya kepadamu, terhadap harta yang kamu berikan, dan semoga Allah memberkati pula harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu.�

Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi Perang Tabuk beliau membutuhkan jumlah dana dan tentara yang tidak sedikit, karena jumlah tentara musuh, yaitu tentara Rum sangat banyak. Di samping itu di Madinah tengah mengalami musim panas. Perjalanan ke Tabuk sangat jauh dan sulit. Dana yang tersedia hanya sedikit. Begitu pula hewan kendaraan tidak mencukupi.

Banyak di antara kaum muslimin yang kecewa sedih karena ditolak Rasulullah menjadi tentera yang akan turut berperang. Sebab kenderaan untuk mereka tidak mencukupi. Mereka yang ditolak itu pulang kembali dengan air mata bercucuran kesedihan, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk disumbangkannya. Mereka yang tidak diterima itu terkenal dengan nama �Al-Bakkaain� (orang yang menangis). Dan pasukan yang berangkat terkenal dengan sebutan � Jaisyul ‘Usrah� (pasukan susah).

Karena itu Rasulullah memerintahkan kaum muslimin mengorbankan harta benda mereka untuk berjihad fisabilillah. Dengan patuh dan setia kaum muslimin memperkenankan seruan Nabi yang mulia. Abdurrahman turut mempelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Maka kata ‘Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah, �Agaknya Abdurrahman berdosa, tidak meninggali wang belanja sedikit juga untuk isterinya.�

Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, �Adakah engkau tinggalkan untuk wang belanja isterimu?�

Jawab Abdurrahman, �Ada! Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan.�

Tanya Rasulullah, Berapa?�

Jawab Abdurrahman, �Sebanyak rezeki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah.�

Pasukan muslimin berangkat ke Tabuk. Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh kaum muslimin seorang jua pun, yaitu ketika waktu shalat sudah masuk. Rasulullah terlambat hadir. Maka Abdurrahman menjadi imam shalat berjamaah bagi kaum muslimin waktu itu. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu beliau shalat di belakang Abdurrahman dan mengikuti sebagai makmum. Apakah lagi yang lebih mulia dan utama dari menjadi Imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para Nabi, yaitu Muhammad Rasulullah SAW.

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abdurrahman bin ‘Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mu’min (para istri Rasulullah). Beliau bertanggungjawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu yang mulia itu bila bepergian. Apabila para ibu tersebut pergi haji, Abdurrahman turut pula bersama-sama mereka. Beliau yang menaikkan dan menurunkan para ibu itu ke atas haudaj (penutup) khusus mereka. Itulah salah satu bidang khusus yang ditangani Abdurrahman. Beliau pantas bangga dan bahagia dengan tugas dan kepercayaan yang dilimpahkan para ibu orang-orang mukmin kepadanya.

Salah satu bukti yang dibaktikan Abdurrahman kepada ibu-ibu yang mulia, ia pernah membeli sebidang tanah berharga empat ribu dinar. Lalu tanah itu dibagi-bagikannya kepada fakir miskin Bani Zuhrah, dan kepada para ibu-ibu orang mukmin, isteri Rasulullah. Ketika jatah Saidatina Aisyah ra disampaikan orang kepadanya, ibu yang mulia itu bertanya, �Siapa menghadiahkan tanah itu buat saya?�

�Abdurrahman bin ‘Auf, jawab orang itu.

Kata Ibu ‘Aisyah ra, �Rasulullah SAW pernah bersabda; Tidak ada orang yang kasihan pada kalian sepeninggalku, kecuali orang-orang yang sabar.�

Begitulah doa Rasulullah bagi Abdurrahman selalu melindunginya sepanjang hidupnya, sehingga Abdurrahman menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Perniagaannya selalu meningkat dan berkembang. Kafilah dagangnya terus menerus hilir mudik dari dan ke Madinah mengangkut gandum, tepung, minyak, pakaian, barang pecah belah, wangi-wangian dan segala kebutuhan penduduk.

Pada suatu hari iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman, terdiri dari tujuh ratus unta bermuatan sarat tiba di Madinah. Semuanya membawa pangan, sandang dan barang-barang lain kebutuhan penduduk. Ketika mereka masuk kota, bumi seolah-olah bergetar. Terdengar suara gemuruh dan hiruk pikuk. Sehingga ibu ‘Aisyah bertanya, �Suara apa yang hiruk pikuk itu?�

Dijawab orang, �Kafilah Abdurrahman dengan iring-iringan tujuh ratus ekor unta bermuatan sarat membawa pangan dan sandang serta lain-lainnya.

Kata Ibu ‘Aisyah ra, �Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat. Saya mendengar Rasulullah bersabda, �Abdurrahman bin Auf masuk syurga dengan merangkak (karena syurga sudah dekat sekali kepadanya).�

Sebelum menghentikan iring-iringan unta, seseorang pembawa berita mengatakan kepada Abdurrahman berita gembira yang disampaikan Ibu ‘Aisyah, bahwa Abdurrahman masuk syurga. Serentak mendengar berita itu, bagaikan terbang beliau pergi menemui Saidatina ‘Aisyah. Katanya, �Wahai Ibu, apakah Ibu mendengar sendiri ucapan itu diucapkan Rasulullah?�

Jawab Ibu ‘Aisyah, �Ya, saya mendengar sendiri!� Abdurrahman melonjak kegirangan. Katanya, �Seandainya aku sanggup, aku akan memasukinya sambil berjalan. Sudilah Ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kenderaan dan muatannya kuserahkan untuk jihad fisabilillah.�

Sejak berita yang membahagiakan, bahwa Abdurrahman pasti masuk syurga, maka semangatnya semakin memuncak mengorbankan kekayaannya di jalan Allah. Hartanya dinafkahkan dengan kedua belah tangan, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, sehingga mencapai 40.000 dirham perak. Kemudian menyusul pula 40.000 dinar emas. Sesudah itu beliau bersedekah lagi 200 uqiyah emas. Lalu diserahkannya pula 500 ekor kuda kepada para pejuang yang lain.

Tatkala beliau hampir meninggal dunia, dimerdekakannya sejumlah besar budak yang dimilikinya. Kemudian diwasiatkan supaya memberi 400 dinar emas kepada para pejuang Badar. Mereka berjumlah seratus orang, dan semua mengambil bagiannya masing-masing. Beliau berwasiat pula supaya memberikan hartanya yang paling mulia untuk para ibu-ibu orang mukmin, sehingga Ibu ‘Aisyah sering mendoakan, �Semoga Allah memberinya minum dengan minuman dari telaga Salsabil.�

Di samping itu beliau meninggalkan warisan pula untuk ahli warisnya sejumlah harta. Beliau meninggalkan kira-kira 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 300 ekor kambing. Beliau beristri empat orang. Masing-masing mendapat pembagian khusus 80.000. Di samping itu masih ada peninggalannya berupa emas dan perak, yang kalau dibagi-bagikan kepada ahli warisnya dengan mengampak, maka potongan-potongannya cukup menjadikan seorang ahli warisnya menjadi kaya-raya.

Walaupun begitu kaya-rayanya, namun harta kekayaannya itu seluruhnya tidak mempengaruhi jiwanya yang penuh iman dan taqwa. Apabila beliau berada di tengah-tengah budak-budaknya, orang tidak dapat membedakan di antara mereka, mana yang majikan dan mana budak.

Berbahagialah Abdurrahman bin ‘Auf dengan ribuan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Rasulullah SAW yang ucapannya selalu terbukti benar, telah memberinya khabar gembira dengan syurga Jannatun Na’im.

Telah turut menghantar jenazahnya ke tempat terakhir di dunia, antara lain sahabat mulia Sa’ad bin Abi Waqqas. Shalat jenazah turut dihadiri pula antara lain, Dzun Nurain ‘Uthman bin ‘Affan. Kata sambutan saat pemakaman, Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah.

Dalam kata sambutannya antara lain ‘Ali berkata: �Anda telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan Anda telah berhasil menundukkan kepalsuan dunia.�

Subhannallah, demikian mulia perilaku dan keimanan para sahabat Rasulullah SAW.

Waallahu 'alam..,

Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiallahu a’nh

Orang Kepercayaan Umat Ini

Beliau termasuk orang yang pertama masuk Islam. Kualitasnya dapat kita ketahui melalui sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.”

Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra lahir di Mekah, di sebuah rumah keluarga suku Quraisy terhormat. Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah yang dijuluki dengan nama Abu Ubaidah. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Beliau termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, beliau disenangi oleh semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa tenang.

Abu Ubaidah termasuk orang yang masuk Islam dari sejak awal, beliau memeluk Islam selang sehari setelah Saidina Abu Bakar as-Shiddiq ra memeluk Islam. Beliau masuk Islam bersama Abdurrahman bin �Auf, Uthman bin Mazun dan Arqam bin Abu al-Arqam, di tangan Abu Bakar as-Shiddiq. Saidina Abu Bakarlah yang membawakan mereka menemui Rasulullah SAW untuk menyatakan syahadat di hadapan Baginda.

Kehidupan beliau tidak jauh berbeza dengan kebanyakan sahabat lainnya, diisi dengan pengorbanan dan perjuangan menegakkan Deen Islam. Hal itu tampak ketika beliau harus hijrah ke Ethiopia pada gelombang kedua demi menyelamatkan aqidahnya. Namun kemudian beliau balik kembali untuk menyertai perjuangan Rasulullah SAW.

Abu Ubaidah sempat mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah SAW. Beliaulah yang membunuh ayahnya yang berada di pasukan musyrikin dalam perang Uhud, sehingga ayat Al-Quran turun mengenai beliau seperti yang tertera dalam surah Al Mujadilah ayat 22, artinya:

�Engkau tidak menemukan kaum yang beriman kepada Allah dan hari kiamat yang mengasihi orang-orang yang menentang Allah SWT dan Rasulullah, walaupun orang tersebut ayah kandung, anak, saudara atau keluarganya sendiri. Allah telah mematri keimanan di dalam hati mereka dan mereka dibekali pula dengan semangat. Allah akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka akan kekal di dalamnya. Akan menyenangi mereka, di pihak lain mereka pun senang dengan Allah. Mereka itulah perajurit Allah, ketahuilah bahwa perajurit Allah pasti akan berjaya.�

Masih dalam perang Uhud, ketika pasukan muslimin kucar kacir dan banyak yang lari meninggalkan pertempuran, justeru Abu Ubaidah berlari untuk mendapati Nabinya tanpa takut sedikit pun terhadap banyaknya lawan dan rintangan. Demi didapati pipi Nabi terluka, iaitu terhujamnya dua rantai besi penutup kepala beliau, segera ia berusaha untuk mencabut rantai tersebut dari pipi Nabi SAW.

Abu Ubaidah mulai mencabut rantai tersebut dengan gigitan giginya. Rantai itu pun akhirnya terlepas dari pipi Rasulullah SAW. Namun bersamaan dengan itu pula gigi seri Abu Ubaidah ikut terlepas dari tempatnya. Abu Ubaidah tidak jera. Diulanginya sekali lagi untuk mengigit rantai besi satunya yang masih menancap dipipi Rasulullah SAW hingga terlepas. Dan kali ini pun harus juga diikuti dengan lepasnya gigi Abu Ubaidah sehingga dua gigi seri sahabat ini ompong karenanya. Sungguh, satu keberanian dan pengorbanan yang tak terperikan.

Rasulullah SAW memberinya gelaran “Gagah dan Jujur”. Suatu ketika datang sebuah delegasi dari kaum Kristen menemui Rasulullah SAW. Mereka mengatakan, “Ya Abul Qassim! Kirimkanlah bersama kami seorang sahabatmu yang engkau percayai untuk menyelesaikan perkara kebendaan yang sedang kami pertengkarkan, karena kaum muslimin di pandangan kami adalah orang yang disenangi.” Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, “Datanglah ke sini nanti sore, saya akan kirimkan bersama kamu seorang yang gagah dan jujur.”

Dalam kaitan ini, Saidina Umar bin Al-Khattab ra mengatakan, “Saya berangkat mahu shalat Zuhur agak cepat, sama sekali bukan karena ingin ditunjuk sebagai delegasi, tetapi karena memang saya senang pergi shalat cepat-cepat. Setelah Rasulullah selesai mengimami salat Zuhur bersama kami, beliau melihat ke kiri dan ke kanan. Saya sengaja meninggikan kepala saya agar beliau melihat saya, namun beliau masih terus membalik-balik pandangannya kepada kami. Akhirnya beliau melihat Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu beliau memanggilnya sambil bersabda, ‘Pergilah bersama mereka, selesaikanlah kasus yang menjadi perselisihan di antara mereka dengan adil.’ Lalu Abu Ubaidah pun berangkat bersama mereka.”

Sepeninggalan Rasulullah SAW, Umar bin Al-Khattab ra mengatakan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah di hari Saqifah, “Hulurkan tanganmu! Agar saya baiat kamu, karena saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh dalam setiap kaum terdapat orang yang jujur. Orang yang jujur di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah.’ Lalu Abu Ubaidah menjawab, �Saya tidak mungkin berani mendahului orang yang dipercayai oleh Rasulullah SAW menjadi imam kita di waktu shalat (Saidina Abu Bakar as-Shiddiq ra), oleh sebab itu kita sayugia membuatnya jadi imam sepeninggalan Rasulullah SAW.�

Sisi lain dari kehebatan sahabat yang satu ini adalah kezuhudannya. Ketika kekuasaan Islam telah meluas dan kekhalifahan dipimpin oleh Saidina Umar ra, Abu Ubaidah menjadi pemimpin di daerah Syria. Saat Umar mengadakan kunjungan dan singgah di rumahnya, tak terlihat sesuatu pun oleh Umar ra kecuali pedang, perisai dan pelana tunggangannya. Umar pun lantas berujar, “Wahai sahabatku, mengapa engkau tidak mengambil sesuatu sebagaimana orang lain mengambilnya?”

Beliau menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, ini saja sudah cukup menyenangkan.”

Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra ikut serta dalam semua peperangan Islam, bahkan selalu mempunyai andil besar dalam setiap peperangan tersebut. Beliau berangkat membawa pasukan menuju negeri Syam, dengan izin Allah beliau berhasil menaklukan semua negeri tersebut.

Ketika wabak penyakit Taun bermaharajalela di negari Syam, Khalifah Umar bin Al-Khattab ra mengirim surat untuk memanggil kembali Abu Ubaidah. Namun Abu Ubaidah menyatakan keberatannya sesuai dengan isi surat yang dikirimkannya kepada khalifah yang berbunyi,

“Hai Amirul Mukminin! Sebenarnya saya tahu, kalau kamu memerlukan saya, akan tetapi seperti kamu ketahui saya sedang berada di tengah-tengah tentera Muslimin. Saya tidak ingin menyelamatkan diri sendiri dari musibah yang menimpa mereka dan saya tidak ingin berpisah dari mereka sampai Allah sendiri menetapkan keputusannya terhadap saya dan mereka. Oleh sebab itu, sesampainya surat saya ini, tolonglah saya dibebaskan dari rencana baginda dan izinkanlah saya tinggal di sini.”

Setelah Umar ra membaca surat itu, beliau menangis, sehingga para hadirin bertanya, “Apakah Abu Ubaidah sudah meninggal?” Umar menjawabnya, “Belum, akan tetapi kematiannya sudah di ambang pintu.”

Sepeninggalan Abu Ubaidah ra, Saidina Muaz bin Jabal ra berpidato di hadapan kaum Muslimin yang berbunyi, “Hai sekalian kaum Muslimin! Kalian sudah dikejutkan dengan berita kematian seorang pahlawan, yang demi Allah saya tidak menemukan ada orang yang lebih baik hatinya, lebih jauh pandangannya, lebih suka terhadap hari kemudian dan sangat senang memberi nasihat kepada semua orang dari beliau. Oleh sebab itu kasihanilah beliau, semoga kamu akan dikasihani Allah.”

Menjelang kematian Abu Ubaidah ra, beliau memesankan kepada tenteranya, “Saya pesankan kepada kalian sebuah pesan. Jika kalian terima, kalian akan baik, ‘Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, puasalah di bulan Ramadhan, berdermalah, tunaikanlah ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah kalian, sampaikanlah nasihat kepada pimpinan kalian, jangan suka menipunya, janganlah kalian terpesona dengan keduniaan, karena betapa pun seorang melakukan seribu upaya, beliau pasti akan menemukan kematiannya seperti saya ini. Sungguh Allah telah menetapkan kematian untuk setiap pribadi manusia, oleh sebab itu semua mereka pasti akan mati. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling banyak bekalnya untuk akhirat. Assalamu�alaikum warahmatullah.”

Kemudian beliau melihat kepada Muaz bin Jabal ra dan mengatakan, “Ya Muaz! Imamilah shalat mereka.” Setelah itu, Abu Ubaidah ra pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

waallahu 'alam..,

Monday, December 6, 2010

Tokyo Mosque 2

Islam di Jepun

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Lompat ke: pandu arah, gelintar

Islam di Jepun telah mengalami pertumbuhan yang begitu pesat dalam tahun-tahun kebelakangan ini, dengan semakin banyak pemuda-pemudi kaya yang memeluk agama Islam dengan ghairah.

Sejarah
Antara 1877 dan Perang Dunia II

Hubungan Islam dengan Jepun adalah agak baru berbanding dengan hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia.

Tidak terdapat sebarang rekod yang nyata tentang hubungan-hubungan antara agama Islam dengan Jepun atau sebarang kesan sejarah tentang Islam di Jepun melalui penyebaran agama, kecuali beberapa hubungan terpencil antara penduduk-penduduk Jepun dengan orang-orang Muslim dari negara lain sebelum tahun 1868.

Agama Islam diketahui buat pertama kali oleh penduduk-penduduk Jepun pada tahun 1877 sebagai sebahagian pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam bahasa Jepun. Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepun, tetapi hanya sebagai satu pengetahuan dan sebahagian sejarah budaya-budaya.

Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Uthmaniyyah menghantar sebuah kapal yang digelarkan "Ertugrul" ke Jepun untuk tujuan memulakan hubungan diplomatik antara kedua-dua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepun. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang mati lemas.

Dua orang Jepun Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka taro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka selepas menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berniaga dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim tempatan di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian akhir-akhir ini telah mendedahkan bahawa lagi seorang Jepun yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepun Muslim yang pertama ketika beliau melawat negara Turki disebabkan kasihan terhadap mereka yang maut dalam nahas kapal Ertugrul. Beliau mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.

Bagaimanapun, kehidupan komuniti Muslim yang benar tidak bermula sehingga ketibaan beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbek, Tajik, Kirghiz, Kazakh dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan Rusia, ekoran daripada Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepun menetap di beberapa bandar raya utama di sekitar Jepun dan menubuhkan komuniti-komuniti Muslim yang kecil. Sebilangan orang Jepun memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini.

Dengan pembentukan komuniti-komuniti Muslim yang kecil ini, beberapa buah masjid telah dibina. Yang paling penting antaranya ialah Masjid Kobe yang dibina pada tahun 1935 (masjid ini ialah masjid yang tunggal di Jepun pada hari ini) dan Masjid Tokyo yang dibina pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepun Muslim tidak mengambil berat tentang pembinaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat sebarang orang Jepun yang pernah menjadi Imam.
Perang Dunia II dan selepas



Masjid Kobe di Kobe, Jepun

Semasa Perang Dunia II, satu "Ledakan Islam" telah dimulakan oleh kerajaan tentera di Jepun melalui penubuhan pertubuhan-pertubuhan dan pusat-pusat penyelidikan untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Telah dikatakan bahawa pada tempoh ini, melebihi 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepun. Bagaimanapun, pertubuhan-pertubuhan dan pusat-pusat penyelidikan ini sama sekali tidak dikuasai atau dikelolakan oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk melengkapkan tentera dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim kerana terdapat komuniti-komuniti Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan tentera Jepun di negara-negara China dan Asia Tenggara. Oleh itu, dengan penamatan perang pada tahun 1945, pertubuhan-pertubuhan dan pusat-pusat penyelidikan ini hilang sama sekali dengan begitu cepat.

Lagi satu "Ledakan Islam" dimulakan, kali ini selepas krisis minyak 1973. Massa media Jepun telah memberi publisiti yang besar tentang Dunia Muslim secara amnya, dan khususnya kepada Dunia Arab, selepas menyedari kepentingan negara-negara ini terhadap ekonomi Jepun. Dengan publisiti ini, banyak orang Jepun yang tidak mempunyai sebarang pengetahuan tentang Islam mempunyai peluang untuk menonton Haji di Mekah serta untuk mendengar panggilan Azan (panggilan Islam untuk bersembahyang) dan pembacaan al-Quran. Selain daripada banyak orang Jepun yang memeluk Islam dengan jujur ketika itu, terdapat juga banyak upacara pengislaman beramai-ramai yang terdiri daripada berpuluh-puluh ribu orang. Bagaimanapun, selepas kesan kejutan minyak bertamat, kebanyakan pemeluk Islam meninggalkan agama itu.

Orang-orang Turki merupakan komuniti Muslim yang terbesar di Jepun sehingga akhir-akhir ini. Jepun sebelum Perang Dunia II amat dikenali untuk kasihan dan sokongan terhadap orang-orang Muslim di Asia Tengah dan memperlihatkan mereka sebagai sekutu anti Soviet. Pada masa itu, sebilangan orang Jepun yang bertugas dalam lingkungan perisikan mempunyai hubungan dengan orang-orang Muslim itu. Sebilangan perisik Jepun itu kemudian memeluk Islam melalui hubungan-hubungan ini selepas akhir perang.

Juruterbang-juruterbang Jepun yang pergi ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia sebagai tentera semasa Perang Dunia II diajar mengungkapkan "La ilaha illa Allah" ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepun telah dikatakan ditembak jatuh dan juruterbangnya ditangkap oleh penduduk-penduduk. Apabila juruterbang itu menjeritkan kata-kata "ajaib" itu, dia berasa hairan ketika penduduk-penduduk itu mengubahkan sikap-sikap mereka terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik.
Persatuan Muslim Jepun

Serangan Jepun terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara semasa Perang Dunia II menghasilkan hubungan-hubungan antara orang-orang Jepun dengan orang-orang Muslim. Mereka yang memeluk agama Islam melalui hubungan-hubungan itu kemudian mengasaskan Persatuan Jepun Muslim di bawah pimpinan Allahyarham Sadiq Imaizumi pada tahun 1953. Persatuan tersebut ialah pertubuhan Jepun Muslim yang pertama. Bilangan ahlinya sebanyak 65 orang pada masa penubuhan persatuan ini bertambah dua kali ganda sebelum pemimpinnya meninggal dunia enam tahun kemudian.

Presiden kedua persatuan ini ialah Allahyarham Umar Mita. Mita merupakan orang Islam yang tipikal bagi generasi tuanya yang membelajari Islam di wilayah-wilayah yang diduduki oleh Empayar Jepun. Beliau bertugas dengan Syarikat Keretapi Manshu yang hampir menguasai semua kawasan Jepun di wilayah timur laut China ketika itu. Melalui hubungan-hubungannya dengan orang-orang Cina Muslim, beliau memeluk Islam di Beijing. Apabila Mita kembali ke Jepun selepas perang, beliau menunaikan haji, dan merupakan orang Jepun pertama selepas peperangan untuk berbuat demikian. Mita juga menterjemahkan maksud al-Quran dari sudut pandangan orang Muslim dalam bahasa Jepun buat pertama kali.

Oleh itu, hanya selepas Perang Dunia II baru terdapat sebuah komuniti di Jepun yang benar-benar boleh dipanggil "komuniti Jepun Muslim". Walaupun kejayaan permulaan agak memuaskan, perkembangan kemudian dari segi keahlian amat perlahan, dan walaupun terdapat banyak pertubuhan yang diasaskan sejak masa itu, setiap pertubuhan itu hanya mempunyai beberapa ahli yang aktif.
Orang Jepun Muslim

Tidak terdapat anggaran yang boleh dipercayai tentang bilangan orang Jepun Muslim di Jepun. Tuntutan tiga puluh ribu tidak diragui merupakan satu tokok tambah. Sesetengah orang mendakwa bahawa bilangannya hanya dalam beberapa ratus. Ketika ditanya, Abu Bakr Morimoto berjawab, "Bercakap terus terang, hanya seribu. Dalam pengertiannya yang paling umum, jika kita memasukkan mereka yang memeluk Islam tetapi tidak mengamalkan agama ini, umpamanya hanya untuk perkahwinan, bilangannya mungkin dalam beberapa ribu."

Perkembangan yang sebegini perlahan disebabkan sebahagiannya oleh keadaan luar. Suasana keagamaan tradisional Jepun dan kecenderungan yang amat mementingkan kebendaan harus dipertimbangkan. Tetapi terdapat juga kelemahan dari segi orang-orang Islam Jepun sendiri juga. Terdapat perbezaan orientasi antara generasi yang tua dengan generasi yang baru. Bagi generasi yang tua, Islam disamakan dengan agama Malaysia, Indonesia, China, dan sebagainya. Tetapi bagi generasi baru, negara-negara Asia Tenggara tidak begitu menarik hati disebabkan orientasi barat mereka dan oleh itu, mereka lebih dipengaruhi oleh Islam di negara-negara Arab.

"Generasi tua telah hidup dengan rapat dengan orang-orang Muslim bukan orang Jepun," Nur Ad-Din menegaskan. "Ini adalah sesuatu yang cemerlang dalam semangat persaudaraan. Tetapi dari segi yang lain, kita tidak boleh menafikan kesan sampingannya, iaitu, cara hidup ini tidak boleh mengelakkan orang-orang Jepun yang lain daripada berfikir bahawa agama Islam ialah sesuatu yang asing. Bagaimana untuk mengatasi rintangan ini ialah satu masalah yang perlu diatasi. Ini merupakan satu tugas untuk kita, generasi yang lebih muda."

Ketika melawat negara-negara Muslim, kata-kata bahawa orang-orang Muslim Jepun adalah kumpulan agama minoriti sering menimbulkan soalan daripada para hadirin, "Berapakah peratus bilangan orang Muslim di Jepun?" Jawapan ketika ini: "Satu daripada seratus ribu"
Dakwah di Jepun

Sejarah Islam di Jepun mendedahkan beberapa gelombang pemelukan agama yang rawak. Bagaimanapun, kempen-kempen agama baru di Jepun setakat ini tidak begitu berjaya, termasuk agama Kristian. Statistik menunjukkkan bahawa di sekitar 80% daripada jumlah penduduk Jepun adalah penganut Budhisme atau Shintoisme, sedangkan hanya 0.7% merupakan penganut Kristian. Keputusan tinjauan pendapat terkini yang dikendalikan oleh sebuah majalah bulanan Jepun membayangkan satu kaveat yang penting. Hanya satu perempat penduduk-penduduk Jepun mempercayai mana-mana satu agama yang khusus. Ketiadaan kepercayaan ini adalah lagi ketara bagi pemuda-pemudi Jepun yang berumur 20-an dengan kadar ateisme setinggi 85%.

Bilangan pendakwah yang berpotensi dalam komuniti Muslim di Jepun adalah amat kecil, dan terdiri daripada para pelajar dan pelbagai jenis pekerja yang bertumpu di bandaraya-bandaraya besar seperti Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo. Persatuan-persatuan pelajar Muslim dan sebilangan persatuan tempatan sekali sekala mengelolakan perkhemahan dan perhimpunan dalam usaha untuk memperbaik pemahaman ajaran Islam serta untuk mengukuhkan persaudaraan antara orang-orang Muslim. Bagaimanapun, usaha-usaha mereka jarang diuruskan secara teratur untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan dakwah dengan berkesan.

Terdapat keperluan yang berterusan untuk orang-orang Muslim bertahan daripada tekanan-tekanan dan godaan-godaan gaya hidup moden yang lebih ghairah. Orang-orang Muslim juga menghadapi kesusahan terhadap komunikasi, perumahan, pendidikan kanak-kanak, makanan halal, serta kesusasteraan Islam, dan kesemua ini menghalang kegiatan-kegiatan dakwah di Jepun.

Tanggungjawab dakwah seringnya dianggap sebagai suatu kewajipan orang-orang Muslim untuk berkhutbah kepada orang bukan Muslim. Bagaimanapun, panggilan yang penting untuk islaah dan tajdeed juga merupakan bentuk-bentuk dakwah yang tersendiri untuk orang-orang Muslim. Usaha untuk pembaikan tahap pengetahuan Islam dan keadaan-keadaan hidup komuniti Muslim adalah satu bentuk dakwah pada dirinya yang amat diperlukan di Jepun. Jika sikap-sikap tidak ambil peduli dan kepasifan penduduk-penduduk Islam di Jepun terhadap persoalan-persolan jemaah Islam tidak bertukar, komuniti-komuniti Islam di Jepun menghadapi risiko pelemahan dan penghapusan melalui putar belit kepercayaan Islam yang akan bertambah teruk. Kemungkinan ini disebabkan oleh pendedahan yang tetap terhadap pengaruh-pengaruh adat resam dan amalan tradisional Jepun, seperti membongkokkan badan sebagai bentuk menyambut, serta penyertaan-penyertaan bersama dalam perayaan-perayaan agama dan lawatan-lawatan kuil.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh orang-orang Muslim mungkin lebih teruk bagi kanak-kanak Muslim yang, tanpa sebarang tadika atau sekolah Muslim, merupakan sasaran yang mudah untuk dipengaruhi oleh tabiat-tabiat budaya dan sosial yang bukan Islam. Ketiadaan institusi-institusi pendidikan yang bersifat Islam juga dibayangkan oleh fakta bahawa seluruh negara Jepun hanya mempunyai sebuah masjid yang tunggal. Dengan fadhl dari Allah (S.W.T), masjid itu telah bertahan daripada gempa bumi yang hampir memusnahkan seluruh bandar raya Kobe pada 17 Januari 1995. Terdapat usaha-usaha yang tetap untuk membina atau mengubah unit-unit perumahan menjadi surau di banyak bandar raya yang lain.

Tanggapan salah terhadap ajaran Islam yang diperkenalkan oleh media-media barat perlu dibetulkan dengan cara yang lebih cekap dan yang mengambil kira ciri penting masyarakat Jepun sebagai salah satu negara yang paling kenal huruf di dunia. Bagaimanapun, disebabkan taburan orang Muslim yang amat sedikit, terjemahan maksud-maksud al-Quran dalam bahasa Jepun juga tidak mudah didapati. Hampir tidak adanya kesusasteraan Islam di dalam buku-buku kedai atau perpustakaan-perpustakaan awam, kecuali beberapa esei dan buku dalam bahasa Inggeris yang dijual pada harga yang agak tinggi.

Oleh itu, tidaklah mengejutkan untuk mendapati bahawa pengetahuan orang Jepun yang biasa tentang agama Islam hanya dihadkan kepada beberapa istilah yang berkaitan dengan poligami, Sunni dan Shia, Ramadhan, Haj, Nabi Muhammad, dan Allah. Dengan kesan-kesan yang semakin terang tentang kesedaran kewajipan komuniti-komuniti Islam serta penilaian yang rasional terhadap keupayaan dan batasnya, Ummah Muslim telah menunjukkan tanggungan yang lebih kuat terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah dengan cara yang lebih teratur.

Imej Islam dirosakkan secara teruk oleh pembunuhan Hitoshi Igarashi di Jepun disebabkan oleh penterjemahan Ayat-ayat Satan (The Satanic Verses) olehnya, Serangan 11 September 2001, dan pengeboman bunuh diri di Palestin, Israel, Bali, Iraq, dan Jordan yang dilakukan di atas nama Islam. Imej Islam juga dirosakkan lagi oleh tanggapan ketakstabilan politik di dunia Arab.

Saturday, December 4, 2010

Sultan Muhammad al-Fateh dan Pembukaan Costantinople

AAAAAA

HADIS RASULLAH SAW TENTANG PEMBEBASAN CONSTANTINOPLE

Sabda Rasulullah s.a.w. ketika menggali Parit Khandaq; “..Constantinople (kini Istanbul) akan jatuh ke tangan tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja, tenteranya adalah sebaik-baik tentera……”

(Hadis riwayat Imam Ahmad)

Di bawah ini adalah satu artikel yang dikirimkan kepada saya oleh seorang rakan. Disiarkan semula di sini untuk tatapan pembaca. Ditambah beberapa keping gambar yang diambil dari Turki untuk dikongsikan.

_________________________________________________________

Umat Islam berlumba-lumba membebaskan Constantinople untuk mendapatkan penghormatan yang dijanjikan oleh Allah swt di dalam Hadis tersebut. Walau bagaimanapun, kesemua kempen yang dilancarkan menemui kegagalan. Di antaranya, 5 kempen di zaman Kerajaan Umayyah, 1 kempen di zaman Kerajaan Abbasiyah dan 2 kempen di zaman Kerajaan Usmaniyah.

Di dalam salah sebuah kempen semasa zaman Kerajaan Umayyah, seorang sahabat besar Nabi saw iaitu Abu Ayyub Al Ansary ra telah syahid dan dimakamkan di bawah dinding kubu Kota Constantinople di atas wasiatnya sendiri. Apabila ditanya kenapa beliau ingin dimakamkan di situ maka beliau menjawab, “Kerana aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja yang akan mengetuai sebaik-baik tentera semasa mereka membebaskan Constantinople”. Begitulah teguhnya iman seorang sahabat besar Nabi saw.

Hadis Nabi saw ini direalisasikan hampir 800 tahun kemudiannya oleh Sultan Muhammad Al Fatih, khalifah ke-7 Kerajaan Usmaniyyah dan 150,000 orang tenteranya.

Siapakah Sultan Muhammad Al Fatih? Apakah kehebatan Baginda dan tentera-tenteranya sehingga disebut “sebaik-baik raja” dan “sebaik-baik tentera” di dalam hadis tersebut.

PENGENALAN

Baginda dilahirkan pada 29 Mac 1432 Masihi di Adrianapolis (sempadan Turki – Bulgaria). Walau bagaimanapun, sejarah hidup Baginda sebenarnya telah bermula hampir 800 tahun sebelum kelahirannya kerana telah disebut sebagai “sebaik-baik raja” di dalam Hadis tadi. Baginda juga dikenali dengan gelaran Muhammad Al Fatih kerana kejayaannya membebaskan Constantinople.

Baginda menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). Baginda merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentera agung yang memimpin sendiri 25 kempen peperangan. Baginda mangkat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout. Ada ahli sejarah berpendapat Baginda mangkat diracun.

PENDIDIKAN

Baginda menerima pendidikan yang menyeluruh dan bersepadu. Di dalam bidang keagamaan, gurunya adalah Syeikh Shamsuddin Al Wali dikatakan dari keturunan Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq ra. Di dalam ilmu peperangan pula, Baginda diajar tentang tektik peperangan, memanah dan menunggang kuda oleh panglima-panglima tentera.




Di dalam bidang akademik pula, Baginda adalah seorang cendekiawan ulung di zamannya yang fasih bertutur dalam 7 bahasa iaitu Bahasa Arab, Latin, Greek, Serbia, Turki, Parsi dan Hebrew. Di dalam bidang Ilmu Pemerintahan pula, ayahanda Baginda , Sultan Murad II, dengan tujuan mendidik, semasa pergi bersuluk ke Pulau Magnesia, telah melantik Baginda yang baru berusia 12 tahun memangku jawatan Khalifah. Dalam usia semuda ini Baginda telah matang menangani tipu helah musuh.

KEPERIBADIAN

Baginda sentiasa bersifat tawadhu’ dan rendah diri . Semasa membina Benteng Rumeli Hissari, Baginda membuka baju dan serbannya, mengangkat batu dan pasir hingga ulamak-ulamak dan menteri-menteri terpaksa ikut sama bekerja

Baginda seorang yang sentiasa tenang, pendiam, berani, sabar, tegas dan kuat menyimpan rahsia pemerintahan. Baginda sangat cintakan ulamak dan selalu berbincang dengan mereka tentang permasalahan negara.

PERSIAPAN AWAL MEMBEBASKAN CONSTANTINOPLE

Selama 2 tahun selepas menaiki takhta, Baginda mengkaji pelan Kota Costantinople setiap malam bagi mengenal pasti titik kelemahannya. Baginda juga mengkaji sebab-sebab kegagalan kempen-kempen terdahulu serta berbincang dengan panglima-panglima perangnya tentang tentang strategi yang sesuai untuk digunakan.

Baginda mengarahkan dibina peralatan perang termoden seperti meriam besar yang boleh menembak bom 300 kg sejauh 1 batu. Benteng Rumeli Hissari dibina di tebing sebelah Eropah, lebih kurang 5 batu dari Kota Constantinople di mana Selat Bosphorus adalah yang paling sempit. Ia dibina bertentangan dengan Benteng Anadolu Hisar di tebing sebelah Asia yang telah dibina oleh Sultan Bayazid Yildirim dahulu. Benteng ini mengawal rapi kapal-kapal yang melintasi Selat Bosphorus. Perjanjian damai dibuat dengan pihak Wallachia, Serbia dan Hungary untuk memencilkan Constantinople apabila diserang nanti.

Baginda membawa bersama para ulamak dan pakar motivasi ke medan perang bagi membakar semangat jihad tenteranya. Sebaik sahaja menghampiri dinding kubu Kota Constantinople, Baginda mengarahkan dilaungkan Azan dan solat berjemaah. Tentera Byzantine gentar melihat 150,000 tentera Islam bersolat di belakang pemimpin mereka dengan laungan suara takbir memecah kesunyian alam.

MELANCARKAN SERANGAN KE ATAS CONSTANTINOPLE

Setelah segala persiapan lengkap diatur, Baginda menghantar utusan kepada Raja Bizantin meminta beliau menyerah. Keengganan beliau mengakibatkan kota tersebut dikepung. Pada 19 April 1453, serangan dimulakan. Kota tersebut hujani peluru meriam selama 48 hari. Setengah dinding luarnya rosak tetapi dinding tengahnya masih teguh.

Menara Bergerak

Seterusnya Baginda mengarahkan penggunaan menara bergerak yang lebih tinggi dari dinding kubu Byzantine dan memuatkan ratusan tentera. Tentera Byzantin berjaya memusnahkan menara tersebut setelah ianya menembusi dinding tengah kubu mereka.

Bantuan Dari Pope Vatican



Pope di Rome menghantar bantuan 5 buah armada yang dipenuhi dengan senjata dan tentera. Perairan Teluk Golden Horn direntang dengan rantai besi untuk menghalang kemaraan armada Usmaniyah. Ini menaikkan semula semangat tentera Bizantin.



Melancarkan Kapal Perang Dari Puncak Gunung

Kegembiraan mereka tidak lama. Keesokan paginya, mereka dikejutkan dengan kehadiran 72 buah kapal perang Usmaniyah di perairan Teluk Golden Horn. Ini adalah hasil kebijaksanaan Baginda mengangkut kapal-kapal ke atas gunung dan kemudian diluncurkan semula ke perairan Teluk Golden Horn. Tektik ini diakui sebagai antara tektik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri. Kapal-kapal itu kemudiannya membedil dinding pertahanan belakang kota.



Kapal-kapal perang tentera Byzantin habis terbakar kerana bedilan meriam Usmaniyah. Pertahanan Byzantin menjadi semakin lemah. Baginda mengambil kesempatan pada malamnya dengan memberikan semangat kepada tenteranya serta mengingatkan mereka kepada Hadis Rasulullah saw dan bersama-sama berdoa kepada Allah swt.

Memanjat dan Melastik Dinding Kota

Keesokan paginya tentera Usmaniyah cuba memanjat dinding dalam kubu dengan tangga dan cuba merobohkannya dengan lastik besar. Tentangan sengit pihak Byzantin menyebabkan ramai yang syahid. Baginda memerintahkan tenteranya berundur dan bedilan meriam diteruskan sehingga tengahari.

Karisma Seorang Pemimpin



Pengepungan selama 53 hari tanpa sebarang tanda-tanda kejayaan telah menimbulkan rasa bosan dan menghilangkan keyakinan tentera Baginda. Pada saat yang genting ini Baginda berucap menaikkan semangat tenteranya, “Wahai tenteraku, aku bersedia untuk mati di jalan Allah. Sesiapa yang mahu syahid ikutlah aku!”.

Mendengarkan itu, Hasan Ulubate, salah seorang tentera Baginda mengetuai sekumpulan kecil 30 tentera membuka dan melompat masuk ke dalam kubu musuh lantas memacak bendera Islam di situ. Mereka kesemuanya gugur syahid setelah dihujani anak panah musuh. Kemudian tentera-tentera Islam menyerbu bertali arus menembusi barisan pertahanan Byzantin sambil melaungkan kalimah Allahu Akbar.

Penawanan Constantinople

Pada 29 Mei 1453, Kota Constantinople jatuh ke tangan Islam. Baginda menukar namanya kepada Islambol (Islam keseluruhan) . Gereja Besar St Sophies ditukar kepada Masjid Aya Sofiya. Baginda dengan tawadhuknya melumurkan tanah ke dahinya lalu melakukan sujud syukur. Semenjak peristiwa inilah Baginda diberi gelaran “Al Fatih” iaitu yang menang kerana kejayaannya membebaskan Constantinople.

SEBAIK-BAIK RAJA DAN SEBAIK-BAIK TENTERA

Pada kali pertama solat Jumaat hendak didirikan, timbul pertanyaan siapa yang layak menjadi imam. Baginda memerintahkan kesemua tenteranya termasuk dirinya bangun lantas bertanya, “Siapa di antara kita sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan solat fardhu walau sekali sila duduk!”. Tiada seorang pun yang duduk, kerana tidak seorang pun di antara mereka pernah meninggalkan solat fardhu.

Baginda bertanya lagi, “Siapa di antara kita yang sejak baligh hingga kini pernah meninggalkan solat sunat rawatib sila duduk!”. Sebahagian daripada tenteranya duduk.

Kemudian Baginda bertanya lagi, “Siapa di antara kamu sejak baligh hingga ke saat ini pernah meninggalkan solat tahajjud walaupun satu malam, sila duduk!”. Kali ini semuanya duduk, kecuali Sultan Muhammad Al-Fatih sendiri. Baginda tidak pernah meninggalkan solat fardhu, Solat Sunat Rawatib dan Solat Tahajjud sejak baligh . Inilah dia anak didikan Syeikh Shamsuddin Al Wali. Bagindalah sebaik-baik raja yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah saw di dalam Hadisnya itu.

Senarai pelajar t3 ke sekolah teknik

-KHAIRIL ANUAR BIN UNTONG-L--DLM-TEKNOLOGI TANAMAN

-KHAIRUNISA BINTI NOOR AZLI-P--DLM-AGROTEKNOLOGI

-MOHD AIZUDDIN BIN BAHARUDDIN-L--DLM-AGROTEKNOLOGI

-MOHD NABIL AL-HAKIM B.MOHD SUHAIMI-L--DLM-HORTIKULTUR

-MUHAMMAD AIDIL ILHAM BIN RAZALI-L--DLM-JURUTEKNIK

-MUHAMMAD FAKHRUDIN FAKRI B.MOHD KHAIRIL HISHAM-L--DLM-AGROTEKNOLOGI

-MUHAMMAD FARID BIN TERMIZI-L--DLM-TEKNOLOGI TANAMAN

-MUHAMMAD ZAID BIN MOHD YASIN-L--DLM-TEKNOLOGI TANAMAN

-MUHD ADIB BIN MD SHUKUR-L--DLM-TEKNOLOGI TANAMAN

-MUHD FIKRI ADLI BIN IBRAHIM-L--DLM-HORTIKULTUR

-OMAR AMIRUL HAKIMIN BIN MOHD OTHMAN-L--DLM-PERNIAGAAN

-AINATUL MARDHIAH BINTI JOHARI-P--DUHMS-KATERING

-MAISARAH BINTI NORKEFLI-P--DUHMS-KATERING

-MOHD NAJMUDDIN BIN MOHD HANAPIAH-L--DUHMS-KATERING

-NOR HAZWANI BINTI RAZALI-P--DUHMS-KATERING

-NUR ATIQAH BINTI MOHD NOOR-P--DUHMS-FESYEN

-NUR ATIQAH ZAWANI BINTI ABD.SHUKUR-P--DUHMS-KATERING

-NURUL SYAHIDA BINTI MOHD NOOR-P--DUHMS-KATERING

-MOHD FIRDAUS BIN ROSLI-L--JASIN-MEKANIKAL

-AINA SYAFIQAH BINTI NOOR AZMI-P--JUASSEH-PERNIAGAAN

-AMIRUL SYAHMIR BIN RAMLAN-L--TTJ-AWAM

-MOHD IKMAL BIN SHAHRIR-L--TTJ-AWAM

-NUR AMIRAH SYUHADAH BINTI MURAD-P--TTJ-AWAM

-NUR FARHANA BINTI MOHD TARJUDDIN-P--TTJ-AWAM

-SITI NUR SYAHIDA BINTI MD.RAMLI-P--TTJ-AWAM